Bahagia karena Kasih Tuhan Yesus |
Pada
dasarnya kondisi mereka tidak mengurangi sedikitpun hakekat mereka sebagai
manusia. Mereka punya pikiran, punya hati, punya perasaan, harapan, kecemasan,
cita-cita, dan segala macam hal yang dimiliki manusia pada umumnya. Mereka
ingin berkembang, ingin maju, namun karena keterbatasan fisik, mental, ekonomi,
dan lain sebagainya, mereka belum dapat merealisasikan potensi-potensi yang
dimilikinya. Oleh karena itu, mereka membutuhkan sesama yang peduli, rela
mengorbankan waktu, tenaga, dan pelayanan, sehingga mereka merasa disapa
sebagai manusia dan berkembang sesuai dengan kehendak Tuhan.
Menjadi Penyalur Kasih
Kita sebagai orang Kristen, apakah
yang dapat kita banggakan? Salah satu jawaban yang ingin saya katakan ialah
kita bangga karena kita dibimbing untuk menjadi penyalur kasih bagi sesama.
Mengasihi orang lain selalu menjadi pilihan terbaik dalam hidup kita. Hati yang
mengasihi adalah hati yang sungguh bebas bahagia dan ringan tanpa ada beban
perasaan yang menghimpit. Tindakan yang dilakukan oleh Santa Teresa ialah
tindakan untuk melayani dan menyalurkan kasih Kristus kepada orang-orang yang
menderita dan miskin, agar mereka dapat merasakan kasih dan kebahagiaan yang
berasal dari Kristus sendiri. Santa Teresa tidak memandang siapa yang
dikasihinya, ia mengasihi mereka karena mereka membutuhkan kasih dan
kebahagiaan. Kebahagiaan adalah hak milik semua orang. Kebahagiaan tidak hanya
terletak dalam diri orang-orang yang mapan dan kaya, akan tetapi kebahagiaan
juga ada dalam diri orang-orang yang menderita dan miskin. Apa yang dilakukan
oleh Santa Teresa adalah untuk memberi dan berbagi kebahagiaan pada orang-orang
yang menderita dan miskin.
Layaknya seorang ibu yang sangat
menyanyangi anak-anaknya, demikian juga Santa Teresa hadir untuk menyanyangi
orang-orang yang menderita dan miskin dengan sepenuh hati. Melayani orang lain
itu tidak mudah. Apalagi orang yang dilayani memiliki kekurangan, baik fisik
maupun mental. Walaupun demikian, Tuhan tidak pernah membiarkan hamba-nya
bekerja sendirian. Ia pasti hadir dan memberi solusi terbaik bagi setiap
kesulitan. Melayani iyu sangat membahagiakan. Kebahagiaan itu terletak pada
sikap tulus memberi diri dengan segala konsekuensinya. Konsekuensi itu adalah
mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, dan lain-lain untuk hidup bersama. Lebih
dari itu, melayani sesame yang menderita berarti melayani Tuhan. Perihal
mengasihi sesama, perbedaan karakter mesti kita mengerti sebagai keunikan
setiap orang yang dengannya kita bias saling melengkapi. Selama perbedaan
dipandang sebagai ancaman, selama itulah kebehagiaan dalam hidup bersama tak
dapat diraih. Sebab memang, kebahagiaan itu sendiri adalah buah dari sikap
mengasihi.
Bahagia karena Kasih
Kebahagiaan yang dikehendaki oleh
semua orang dapat diungkapkan dalam cara apa pun, dan akan didapatkan hanya
apabila kita mampu untuk mengasihi. Kebahagiaan selalu mengenai kasih dan tidak
ada jalan yang lain selain itu. Tantangan yang sesungguhnya adalah bagaimana
menjadi orang yang paling mengasihi. Allah menghendaki kita semua supaya kita
berbahagia. Lalu pertanyaannya, apa yang harus kita lakukan supaya kita bahagia
dan damai? Apakah kita harus mengumpulkan harta kekayaan sebanyak-banyaknya?
Perjuangan untuk memperoleh berbagai gelar? Semua itu adalah baik, akan tetapi
yang lebih penting adalah keterbukaan hati kita untuk mengasihi Tuhan dan
sesama. Inilah hal penting yang harus kita lakukan untuk memperoleh kebahagiaan
dan damai. Seberapa besar kasih dapat tumbuh berkembang di dalam hati hanya
dengan sebuah senyuman. Sehingga demikian, kelemahan kita sendiri menjadi suatu
sumber penghiburan dengan mengambil alih seluruh penderitaan kita dan
menebus-Nya. Kita tahu bahwa Allah memahami kelemahan-kelemahankita karena Dia
sendiri mengalaminya (Ibr 4:15).
Sikap iri hati, dengki, cemburu, dan
egoism diri menjadi unsure yang merusak kehidupan bersama dalam suatu lingkup
sosial. Ada orang yang tidak senang kalau tetangganya lebih maju, lebih kaya,
lebih pintar dari dirinya, lebih ramah, lebih toleran terhadap sesama dan
lain-lain. Kecemburuannya akhirnya membuatnya melakukan apa saja demi kepuasaan
diri. Kita semua dipanggil untuk menjadi garam dan terang bagi dunia, membawa
kebahagiaan dan damai kepada orang lain. Membawa damai dan kebahagiaan kepada
orang lain dapat kita lakukan dengan cara sederhana, yakni tidak iri, tidak
cemburu, dan membantu orang yang kesusahan. Sikap dan perbuatan ini akan
membawa kita lebih dekat pada Tuhan.
Refleksi
Bertolak
dari pengalaman Santa Teresa, apapun hasilnya sukses atau tidak hal itu bukan
menjadi ukuran kebahagiaan kita. Tetapi usaha dan kerja keras kita yang
disertai dengan kasih kiranya menjadi kebahagiaan kita. Pelayanan kiranya
bersumber dari ketulusan hati, karena pelayanan adalah buah dari cinta. Besarnya
kasih dalam pelayanan kiranya menjadi ukuran kebahagiaan kita. Kerapkali
kebahagiaan diukur dari kesuksesan dan keberhasilan dari tanggapan dan pujian
orang lain; misalnya, seorang pembalap motor GP bahagia karena mendapat juara
pertama atas kemenangan yang diraihnya, seorang ibu bahagia atas kelahiran
anaknya, dan masih banyak macam bentuk kebahagiaan yang kita alami. Namun perlu
kita ketahui bahwa itu semua hanya kebahagiaan semata dan hanya di dunia fana
ini saja.
Kebahagiaan sesungguhnya ada dalam
Yesus. Kita bisa bahagia karena kita mengandalkan Dia dalam seluruh kehidupan
kita; dan kebahagiaan demikian tidak ada orang yang bias merampasnya.
Kebahagiaan itu tidaklah hanya terletak pada banyaknya uang yang kita miliki
dan banyaknya harta kekayaan yang kita miliki. Yesus sudah menunjukkan bahwa
kebahagiaan itu ada dalam Dia. Kita bahagia, karena kita ada dalam Kasih Yesus,
karena kita murah hati, memiliki hati yang suci, dan karena kita pembawa dan
penyalur kasih dan kebahagiaan kepada sesama. Mari kita berjuang untuk
mewujudkan bahwa kita adalah penyalur Kasih Yesus kepada sesama yang kita jumpai dalam hidup
sehari-hari.
1 Komentar
menarik,,,,,
BalasHapus